Mau Dibawa ke Mana, Pacaran Kita?

Mau Dibawa ke Mana, Pacaran Kita?

Teori kriminologi yang lebih baru, diungkap Psikolog Forensik, Louis B. Schlesinger dalam bukunya: "Sexual Murder, Catathymic and Compulsive Homicides" (CRC Press, 2003) menyatakan, motif pembunuh seks, adalah khas. Spesifik.

Prof Schlesinger menulis itu, berdasar pengalaman riset selama 30 tahun dari sebelum bukunya terbit, 2003.

Pada judulnya, ada kata Catathymic (rasa marah) dan Kompulsif (bersifat memaksa). Dua kata inilah dominan pada perasaan dan karakter pembunuh seksual.

Schlesinger menjabarkan, pelaku punya dorongan sangat kuat membunuh. Karena ada rasa cemas dan khawatir yang sangat intens. Menggumpal jadi kemarahan. Sehingga dorongan tersebut sulit ditolak oleh alam bawah sadar pelaku.

Kemarahan adalah adalah dasar semua jenis pembunuhan. Tapi, di pembunuhan seks kemarahan yang berbalut kebencian (terhadap korban, atau sesuatu terkait korban).

Indikator spesifik pembunuh seks adalah marah berbalut benci pada sekitar 48 jam menguasai hati dan pikiran pelaku, sampai dengan saat pembunuhan.

Gampangnya, tanda-tanda pembunuh bakal membunuh sudah tampak selama 48 jam sebelum kejadian. Seandainya, calon korban mengetahui indikator ini, maka calon korban bisa menghindari bertemu pelaku. Sebisa mungkin.

Sayangnya, indikator ini sangat sulit diketahui orang lain (selain pelaku). Bahkan, umumnya pelaku tidak menyadarinya. Sampai pembunuhan terjadi. Barulah pelaku akan termenung, berusaha kilas balik 48 jam terakhir, saat hati dan pikirannya diselimuti benci dan marah sangat intens.

Teori Schlesinger ini hasil riset psikologi forensik. Sangat penting. Walaupun, sayangnya, tidak banyak berguna bagi awam, calon korban atau calon pelaku.

Calon korban, sulit mengetahui masa kritis 48 jam tersebut. Calon pelaku, malah lebih tidak tahu, sebab ia dalam kondisi 'gelap mata'.

Pada kasus pelaku dan korban sangat dekat (berpacaran, seperti A dengan AW) kemungkinan penghindaran pembunuhan, bisa terjadi. Ada kemungkinan AW bisa merasakan bahwa A sedang proses 'Catathymic and Compulsive'. Atau dalam proses '48 jam' masa kritis.

Cuma, berdasar hasil penyidikan polisi, ketika mereka berada di dalam kamar kos, korban AW bercerita soal kangen mantan pacarnya, dulu.

Bisa dibayangkan, 'Catathymic and Compulsive' bagai api membara. Merah. Lalu disiram cerita rindu mantan pacar. Hasilnya tragis begitu.

Ditarik garis mundur, ketika A menyanyikan lagu: "… mau dibawa ke mana, hubungan kita…." Saat itulah A dalam kondisi 'Catathymic and Compulsive'.

Seumpama nyanyian A itu dibalas dengan nyanyian pula, oleh AW, maka lagu yang cocok bukan "Rindu Mantan". Melainkan: "Teman Tapi Mesra", karya Ratu:

Sumber: