Taktik Filibuster

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
RAKYAT masih bicara kenaikan harga, politisi sudah bicara kenaikan suara. Pakistan contoh
paling nyata saat ini –di samping Sri Lanka.
Karena kenaikan harga-harga menggila krisis politik ikut serta. Lebih gila.
Usaha apa pun kini dilakukan Perdana Menteri Imran Khan: agar tetap bertahan di
kekuasaan. Pun setelah Mahkamah Agung di sana memutuskan: agar DPR kembali
bersidang. Waktunya pun sudah diputuskan oleh lembaga hukum tertinggi Pakistan: paling
lambat Sabtu pagi jam 10.30.
Acara sidang pleno DPR itu mestinya hanya satu: oposisi mengajukan mosi tidak percaya
pada Perdana Menteri Imran Khan. Lalu dilakukan pemungutan suara. Kalau yang
mendukung oposisi lebih dari 171 suara, perdana menteri harus turun takhta.
DPR pun taat: Ketua DPR membuka sidang tepat pukul 10.30. Acara pertama: pembacaan
ayat-ayat Quran –ini prosedur tetap di negara Islam Pakistan. Acara berikutnya masih
prosedur tetap: pembacaan doa.
Ketua DPR lantas menambahkan satu acara: memanjatkan doa bersama untuk seorang
mantan anggota DPR yang meninggal dunia. Almarhumah jadi anggota DPR untuk
memenuhi kuota keterwakilan wanita. Yakni dari partai PPP yang oposisi –partai
almarhumah Benazir Bhutto.
Tambahan acara ini bisa diterima –toh yang didoakan tokoh oposisi.
Setelah doa selesai, pihak oposisi berharap pemungutan suara langsung dilakukan. Malam
sebelumnya tokoh-tokoh oposisi memang sudah menghubungi partai pemerintah. Mereka
masih komit untuk taat pada putusan Mahkamah Agung.
Rakyat sudah menunggu jalannya penghitungan suara. Balkon atas di ruang sidang itu
penuh dengan tokoh-tokoh politik. Termasuk seorang wanita cantik berumur 49 tahun:
Reham Khan. Dia ini "Istri 10 bulan" Imran Khan. Kawin bulan Januari 2015, cerai Oktober
2015.
Mereka itu menonton datangnya detik-detik terakhir kekuasaan Imran Khan.
Hasil pemungutan suara itu sebenarnya hanya formalitas. Sebelum pemungutan suara pun,
secara kasat mata sudah bisa dilihat: Imran akan lengser. Suara yang menghendaki Imran
lengser sudah bisa dihitung dari balkon.
Dari balkon itu bisa dilihat. Bangku untuk oposisi lebih penuh dari biasanya. Di ruang sidang itu bangku-bangku untuk oposisi memang terpisah dari bangku untuk yang pro-pemerintah.
Hari itu terlihat jelas bangku oposisi berisi lebih meluap dari seharusnya. Sebanyak 20 anggota DPR dari PTI (partai pemerintah) ikut duduk di bangku oposisi. Mereka itulah yang dinilai sebagai pengkhianat partai. Mereka sudah dirayu untuk pulang kandang. Tapi, ternyata, tidak ada satu pun dari pembelot itu yang ''masuk angin''. Kalau toh ada satu yang tidak terlihat, itu bukan akibat ''serangan fajar'', tapi karena sakit.
Ketua DPR tentu bisa melihat sendiri kenyataan itu –dari meja pimpinan sidang. Ada pemungutan suara atau tidak ia sudah tahu: hasilnya akan sama. Tinggal ia, sebagai pimpinan sidang, menyatakan acara pemungutan suara dimulai.
Sumber: