Petir Politik

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Risma pun disetujui partai untuk jadi calon walikota. Tapi harus didampingi kader murni. Dipilihlah Bambang sebagai pasangan Risma.
Begitu Risma terpilih, Bambang benar-benar mengajukan surat pengunduran diri. Ia ingin Saleh Mukadar diproses oleh DPRD sebagai wakil wali kota pengganti.
Partai menolak pengunduran diri itu. Bambang tetap dalam jabatan. Tapi orang Surabaya akhirnya tahu: Bambang tidak bisa rukun dengan Risma. Pertikaian memuncak. Bambang mengundurkan diri.
Risma pun menjadi kader partai. Bambang tersisih.
Tapi Bambang telah mencatatkan diri dalam sejarah itu: mantan wali kota menjadi wakil wali kota berikutnya. Rasanya, sampai sekarang, ya baru satu itu terjadi. Belum ada wali kota atau bupati lain yang meniru. Belum ada juga tingkat gubernur. Siapa tahu diikuti langsung di tingkat nasional.
Tapi benarkah yang muncul dari MK itu petir? Benarkah itu gong yang salah tabuh?
Saya pun menelusuri berita MK itu. Saya ingin tahu runtutan lahirnya berita itu.
Yang saya baca hanyalah: juru bicara MK mengatakan itu kepada wartawan Medeka.com. Tapi tidak bisa saya lacak: apakah si juru bicara yang menemui wartawan Merdeka.com atau wartawan itu yang bertanya. ''Bertanya'' pun ada dua jenis: apakah diminta bertanya atau sengaja bertanya.
Lokasi wawancara pun tidak terlacak. Di ruangan khusus atau di depan pintu. Kalau di ruang khusus berarti serius sekali. Kalau di depan pintu bisa saja itu pertanyaan sambil lalu.
Yang jelas petir itu telah menyambar-nyambar. Termasuk menyambar Anda. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 12 September 2022: Posisi Monoarfa
Muin TV
Waktu di kampung dulu. Dalam seminggu ada 2 kelompok pengajian ibu-ibu. Yang pertama tiap Hari Senen. Disebut Senenan. Yang kedua, Hari Rabu. Disebut Reban.Waktu pengajiannya,setelah Dhuhur sampai Ashar (jam 2 sampai jam 4).Awalnya, saya kira itu pengajian biasa ibu-ibu di kampung. Rupanya mereka punya afiliasi politik. Kalau yang Senenan, afiliasinya ke Golkar. Nama kelompok pengajiannya Al-hidayah. Kalau yang Reboan, afiliasi politiknya ke PPP. Nah sekarang, ada satu lagi, Kemisan (Hari Kamis). Ini afiliasi politiknya ke PKB. Begitulah kondisi ibu-ibu di kampung.Ternyata mereka tidak buta politik. Dan begitulah kondisi PPP. Suaranya terpecah dan rebutan dengan PKB.
thamrindahlan
Sumber: