Tragedi Kanjuruhan dan Gelak Tawa Kekuasaan
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Kalau ada kontribusi Erick dalam sukses itu, mungkin hanya 20 persen. Akan tetapi, Erick bisa memonopolinya sebagai sukses pribadi.
Erick Thohir menjadi ketua PSSI setelah Iwan Bule dipaksa mundur pasca-Tragedi Kanjuruhan. Erick langsung mengubur tragedi dan membuat publik sepak bola Indonesia melupakannya.
Namun, tidak demikian dengan para ibu ahli waris korban Tragedi Kanjuruhan. Ibu-ibu itu masih terus menangis karena penanganan tragedi yang tidak tuntas.
Mereka yang bertanggung jawab terhadap tragedi ini tidak dihukum secara setimpal. Para operator lapangan dihukum ringan.
Ahmad Hadian Lukita, direktur Liga Indonesia Baru yang bertanggung jawab terhadap pertandingan, sampai sekarang tidak diadili. Iwan Budianto sebagai owner Arema FC tidak tersentuh hukum.
Ibu-ibu itu pasti mewakili kesedihan dan kepedihan hati ratusan keluarga korban. Mereka menuntut agar tragedi diusut tuntas, dan rencana renovasi atas Stadion Kanjuruhan dibatalkan.
Mereka tidak ingin nantinya puluhan ribu suporter sepak bola berjingkrak-jingkrak dengan penuh sukacita di atas kuburan 135 nyawa anak-anaknya.
Sayangnya upaya unjuk rasa itu digagalkan aparat, sehingga Jokowi tidak mendengar aspirasi keluarga korban. Betapa pedih hati para ibu itu menyaksikan Jokowi dan Erick Thohir berlalu dengan gelak tawa.
Sumber: