Dari Serial Netflix Terpopuler Pekan Ini
Setiap rokok, di zaman sekarang, harus berlabel bahaya. WHO yang memberi stempel itu. Diikuti semua negara yang terkait. Karena bahaya, harus dikenai pajak. Sigaret putih mesin (SPM), berbandrol 25 ribu, pita cukainya adalah 17 ribu. Hitung sendiri sisanya. Itulah ongkos produksi. Sudah harus ada untung dari sisa itu. Maka, rea reo atau R2 yaitu rokok polos, palsu, salah personalisasi dan peruntukan cukai, marak.
Saya bisa bercerita masalah ini. Karena sedang mengurus produksi rokok. Kalau penulis naskah Gadis Kretek, Tanya Yuson, ingin mendengar situasi sekarang, saya bisa memberi info. Tapi tanpa romansa, seperti asmara Jeng Yah dengan Soeraja (Ario Bayu) yang menyesakkan itu.
Gadis Kretek adalah serial yang menyesakkan dada. Sesak. Tapi keren. sejak mulai tayang 2 November lalu, rata-rata sudah ditonton 1,6 juta jam per minggu. Menyedot penonton Netflix. Masuk paling disukai atau 10 besar di enam negara. Selama ini, di Netflix, saya hanya menunggu serial Lupin. Tapi untuk Gadis Kretek saya borong habis nontonnya. Presentasinya begitu filmis. Saya teringat Teguh Karya dan Garin Nugroho cara memproduksinya. Setidaknya saya kira karya Hanung Bramantyo. Duet sutradara Kamila Andini dengan Ifa Isfansyah menyejajarkan Gadis Kretek dengan film karya tokoh-tokoh besar itu. Dian Sastro dengan Ario Bayu begitu menghayati peran. Tak terkecuali, bonus dua kali kissing, di kamar Jeng Yah dan di stasiun (stasiun Tuntang, Mantingan/Ambarawa), risih disaksikan anak-anak.
Nama besar lainnya adalah Nungki Kusumastuti, Tutie Kirana, Putri Marino, Arya Saloka, Tissa Biani, Sheila Dara, Verdi Solaiman, Ibnu Jamil, Winky Wiryawan dan Dimas Aditya. Ada Prit Timothy, berperan sebagai Soeraja tua. Agak memaksa, karena Soeraja muda dimainkan Ario Bayu. Kurang nyambung secara postur maupun wajahnya. Untungnya mainnya tidak jelek. Sederet artis papan atas ini, mampu memunculkan tabiat lakon dalam karakter tokoh-tokohnya.
Sayangnya saya masih penasaran, siapa yang seperti saya dalam lakon itu. Namun begitu, saya menjadi mengerti maksud WA Prof Sutiman. Beliaupun tentu telah mengerti langkah saya. Bahwa saya menjalankan tugas itu adalah untuk ikut berupaya, supaya orang merokok tidak lagi bahaya. Bahkan menyehatkan. Maka prosesnya juga harus sehat. Kalau pun agak pelan, adalah karena pihak ketiga. Para senior di balik rokok sehat ini; Ibu Tintrim Rahayu, dr Subagjo, Pak Kan Eddy, dr Tirta, dr Saraswati, Mas Hediko, Pak Gunawan dan lainnya, memahfumkan semua langkah. Seperti musik blues, ritmenya menggiring dan terus menanjak. Tidak seperti sountrack Gadis Kretek. Walaupun apik diaransemen sekaligus dinyanyikan Nadin Amizah, tetap saja; Surya Tenggelam.
Tidak ada teka-teki lagi. Kota M, pasti bukanlah Malang. Walaupun Malang juga punya sejarah Panjang industri rokok. Karena stasiun Tuntang di serial itu, dan scene yang melintas di Museum Kretek Kudus, menjawab; kota M adalah Mantingan.
Satu-satunya penasaran tinggal ini; siapa tokoh dalam serial itu yang seperti Pak Jokowi? Tapi juga, siapa sih yang penasaran? Penasarannya apa? Kan penasarannya justru kepada pertanyaan; apa hubungan Pak Jokowi dengan serial itu? Penasaran!!!
Sumber: