Namun, kisah sedih itu seolah sudah terlupakan dan terkubur lama. Sebanyak 135 korban tewas itu seolah sudah terlupakan oleh publik.
Sorak-sorai dan pawai kemenangan ketika tim sepak bola Indonesia bermain mengubur semua kenangan buruk itu. Erick Thohir menjadi ketua umum PSSI dan memanfaatkan keterampilan maupun jaringan internasionalnya untuk mengatrol prestise sepak bola Indonesia, sekaligus mengerek popularitas pribadinya.
Hanya dalam beberapa bulan setelah Erick menjadi ketua umum PSSI, popularitasnya sebagai salah satu bakal calon wakil presiden meroket melewati semua pesaingnya. Survei menunjukkan popularitas dan elektabilitas Erick naik setelah Timnas Indonesia menjadi juara SEA Games, dan menjamu Timnas Argentina.
Ada ironi yang menyengat. Erick Thohir justru lebih populer dalam jabatannya sebagai ketua umum PSSI ketimbang sebagai menteri BUMN.
Erick juga terkesan mendompleng sukses Timnas Indonesia di SEA Games dengan mengadakan arak-arakan besar-besaran di Jakarta.
Ibarat pepatah ’kerbau punya susu, benggali punya nama’, PSSI menjadi kerbau perah untuk mendapatkan susu yang kemudian dinikmati oleh Erick Thohir.
Kalau ada kontribusi Erick dalam sukses itu, mungkin hanya 20 persen. Akan tetapi, Erick bisa memonopolinya sebagai sukses pribadi.
Erick Thohir menjadi ketua PSSI setelah Iwan Bule dipaksa mundur pasca-Tragedi Kanjuruhan. Erick langsung mengubur tragedi dan membuat publik sepak bola Indonesia melupakannya.