Tanpa Nuklir

Tanpa Nuklir

Dengan kesepakatan itu Ukraina harus membongkarnya. Mungkin kini sudah pula banyak yang dibongkar. Yang belum pun Ukraina tidak bisa menggunakan.
Inilah faktor yang membuat konflik di Ukraina tidak akan menjadi perang dunia ketiga.

Sebenarnya Ukraina sudah mendapat jaminan: Perjanjian Budapest.
Amerika, Jerman, Inggris, dan Rusia sendiri yang memberikan jaminan itu: kalau Ukraina setuju mengunci nuklirnya, empat negara itu menjamin keamanannya. Belakangan jaminan itu ditambah lagi oleh Tiongkok.

Ukraina sudah berkali-kali menagih janji itu. Tapi Ukraina tidak punya debt collector yang menakutkan. Terbukti Semenanjung Krimea yang begitu strategis, diambil begitu saja oleh Rusia. Tanpa ada perlawanan. Itu karena Rusia mengerahkan kapal-kapal perang yang di dalamnya ada senjata nuklirnya. Empat kapal jenis itu parkir di laut dekat Krimea.

Kini Ukraina mengingatkan lagi Perjanjian Budapest itu. Tapi yang ditagih masih saling lirik sana-sini. Apalagi yang menyerang sekarang ini adalah juga yang mengambil Krimea: salah satu yang bikin janji itu sendiri.

Presiden Ukraina sebenarnya sudah mencoba menggertak: kalau memang tidak ada jaminan keamanan, Ukraina akan menjadi negara nuklir. Tapi tidak ada yang menggubrisnya. Mereka sudah tahu: gerakan itu tidak akan bisa terlaksana dalam 15 tahun.

Sedang untuk mengubah senjata nuklir peninggalan lama sudah tidak mungkin. Semua hulu ledak senjata nuklir itu sudah di-setting untuk menyasar ke bagian-bagian tertentu di Amerika sana. Jarak tempuhnya pun sudah di-setting untuk 10.000 Km atau lebih.

Mau dialihkan untuk menghadap ke Moskow?

Bukalah Google map. Setting-lah seolah Anda akan bermobil dari Kiev ke Moskow: hanya 8 jam. Kurang lebih hanya sama dari Jakarta ke Malang. Saya pernah ingin berkendara di jalur itu. Setelah nonton final Piala Champions antara Liverpool dan Real Madrid di Kiev. Sudah janjian pula dengan Prof Effendi Gazali. Rencana itu gagal. Anda sudah tahu mengapa. Lalu rencana ke Kiev lagi untuk stem cell. Juga gagal: di dalam negeri lebih hebat.

Kini saatnya ke sana: kalau ada teman, kalau ada visa, kalau ada bensin 1 juta. (*)

Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul: Butet Suci

DjokoLodang

Pelajaran penting yang saya dapat hari ini dari Disway: "Tidak mengatakan semua yang ingin dikatakan. Itu lah yang melahirkan kerjasama". Saya bagaikan tersadarkan, apa yang menghambat saya selama ini. Terima kasih, Abah.

Zainal Arifin

Sumber: