Bukan Gugat

Bukan Gugat

Masih ingat film "The Gods Must Be Crazy"? Dirilis th 1980. Berlatar belakang Botswana. Th itu Botswana belum punya universitas. Baru ada th 1982. Sekarang pendidikan tinggi kita "disetarakan" dengan Botswana? Tangi … tangi …, raup … raup …

Harun Sohar

Profesor atau doctor di negara maju untuk kepentingan ilmu, kredibilitas, kapabilitas dan kompetensinya. Di negara kita bisa-bisa hanya untuk mengejar pangkat supaya kehidupannya terjamin dan dapat pensiun lumayan. Kalau targetnya seperti itu, jelas sudah begitu tercapai maka otomatis akan malas. Sudah ejakulasi. Tak bisa berharap banyak dari para Doctor dan Profesor kita. Dan tak perlu heran seperti yang disebut narasumber, yang nulis jurnal ya orang-orang itu-itu aja. Sedang yang ini-ini duduk manis, ngajar seadanya kemudian terima gaji dan fasilitas. Ujung-ujungnya ranking Perguruan Tinggi ya gitu-gitu saja. Mahasiswanya juga gitu-gitu aja. Profesornya nyari status mahasiswanya nyari ijazah. Ilmu nomor dua. Akhirnya, negara kita ya gitu-gitu aja.

Jimmy Marta

Saya pun gk pernah makan bangku kuliah. Tp pernah duduk disitu..hehe. Puluhan tahun lalu. Saat itu yg profesor belum ada. Doktor aja hanya bbrp. Lebih banyakan jari tangan. Rata2 dosen masih esdua. Maklum pt swasta, walau terkemuka. Kala itu dosen masih ada embel2nya. Dosen tidak tetap. Dosen tamu. Dosen terbang. Dan dosen yayasan. Yg terakhir ini masih sedikit. Kadang pegang dua mata kuliah. Kalau mata kuliah umum berkumpul di aula kampus. Studium general. Saat itulah pernah ketemu profesor. Diundang dari ptn sebelah. Sempat membayangkan profesor itu orang yg high profile. Kepala botak. Seriusan. Ngomongnya pasti yg ngilmiah gitu. Ndilalah ..rupanya sang dosen tamu orangnya santai, familiar dan pintar mengatur suasana. Habis acara semua berebut nyalami beliau. Kayak fans ketemu ldola. Haha… Sang prof memang hebat.

Johannes Kitono

Sekitar awal tahun 1990 an, bozzz CP Indonesia mengundang President Beijing University ke Indonesia. Adakan lunch meeting di Shangrila hotel, Jakarta supaya bisa berbagi pengalamannya dibidang pendidikan. Pada saat Sesi Tanya Jawab yang dihadiri oleh beberapa Rektor/ Purek, Ketua Kadin, ex Ambasador China. Ada pertanyaan dari seorang rektor : Bagaimana caranya mengatasi Mahasiswa yang potensi DO ? Jawabannya membuat para hadirin tersipu. Untuk masuk Bei Ta ( Beijing Univ ) itu kompetisinya sangat tinggi,hanya calon yang serius dan mempunyai nilai akademi tinggi bisa diterima. Kalau mahasiswa/wi ada masalah harus dilihat apa alasannya. Kalau hanya masalah keuangan tentu bisa dibantu,misalnya dengan kasih job di perpustakaan dsb.nya sehingga mahasiswa tsb bisa selesaikan kuliahnya. " Ini negara komunis kok Perti nya mengamalkan Pancasila ", nyeletuk salah satu peserta. Setiap tahun Bei- Ta mengirimkan beberapa ribu S 2 nya untuk mengambil S 3 di Luar Negeri, jelas Presiden Bei-Ta, yang Doktornya dari Stanford University. Ternyata China yang komunis tidak malu belajar di Amrik yang kapitalis. Hasilnya anda pasti sudah tahu.

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

Sumber: