Bukan Gugat
Prof Mikra sungkan mau ngomong, bahwa religiusitas akedemisi Indonesia berbanding terbalik dengan karya-karya ilmiahnya. Nilai-nilai dominan yg dikembangkan dan akhirnya besar pengaruhnya adalah "qanaah (nrima ing pandum)". Itulah mengapa para profesor mandek karya-karyanya. Terjebak pada zona aman dan nyaman. Ditambah lagi doktrin semakin tua hendaknya makin dekat dengan Sang Pencipta. Rasah nggragas donya. Sedela meneh mati. Mungkin begitu.
fajar rokhman
Apa ada faktor agama? Negara Saudi yang terkenal dengan wahabismenya bisa diatas kita. Lha kita yang mengaku Aswaja bisa dibawah. Kayaknya faktor agama bukan masalah, Abah cm mancing2 aja? Dan Sy jadi kepancing jg jadinya
Mbah Mars
Saya pernah diajar Profesor statistik. Daya ingat terhadap rumus-rumus statistik luar biasa. Tanpa bantuan aplikasi seperti para profesor jaman sekarang. Mulai dari rumus Product Moment, T-test, Kontingensi, Regresi, Anova, Ancova hafal di luar kepala. Lancar juga ketika menuliskannya di papan tulis. Meski demikian, beliau mengakui sering sekali lupa. Suatu ketika, saat kuliah beliau bercerita: "Saya mengantar istri belanja di Gardena jalan Solo. Saya malas kalau mendampingi istri pilih-pilih barang. Saya duduk-duduk saja sambil minum dawet. Dawet saya bayar. Saya pulang. Tiduran di rumah. Tiba-tiba braakkk pintu depan rumah dibanting keras. Istri saya marah-marah. Menuding-nuding saya dan bertanya mengapa saya meninggalkannya. Blaik tenan"
omami clan
Jadi teringat pak pry yang sering mengkritik Abah tentang kekurang pekaan sisi jurnalismenya Setelah membaca tulisan Abah pagi ini, kok saya merasa agak sedikit setuju dengan kritik pak pry, sering kali isu domestik yang bergulir dan sarat muatan politik, lebih sering "terabaikan" oleh Abah seakan-akan menunggu berita agak basi baru mengangkatnya Contoh tentang minyak goreng, meskipun di tuliskan berjilid-jilid, tapi kesan terlambatnya sangat terlihat Kasus koboi-koboian yang janggal kali inipun saya rasa akan telat Abah angkat atau bahkan tidak sama sekali Mungkin Abah sudah bukan wartawan muda yang sarat idealisme atau sudah terlanjur nyaman, atau sedang di dalam gua seperti para ashabul kahfi itu hanya Abah yang tahu Maaf
yea aina
Alokasi APBN 2022 BRIN mendapatkan 10,5 T, pagu anggaran untuk operasional 5,05 T dialokasikan hanya untuk keperluan OPERASIONAL. Mungkin profesornyi bakal pusing alokasikan sisa anggaran non operasional (riset) semestinya hhmmm…..
kurniadi adi
Disway biasanya menghayati & detail sekali menulis tulisan kasus penembakan di Amerika sana, apakah kali ini disway akan menulis dengan detail kasus penembakan yg ada di Indonesia :)
Abd Qohar
Sebagai dosen, Alhamdulillah menurut saya gaji sudah cukup besar. Setuju dg Prof Mikrajuddin bahwa dana penelitian masih kecil, namun yang menurut saya yg lebih merupakan kendala adalah laporan keuangan pada saat melakukan penelitian, dan ini terkadang lebih sulit dibanding penelitian itu sendiri. Ini yang membuat sebagian dosen malas melakukan penelitian… semoga menjadi perhatian pihak2 yang terkait.
edi hartono
"Gimana Gus? Kenapa perguruan tinggi kita ketinggalan jauh? " "Lha memang kenapa, Min? " "Katanya, penyebabnya anggaran riset kita rendah." "Rendah ya gak masalah. Kawin saja, beres. Gitu aja kok repot. " Ucap Gus Dur. "Kawin piye to Gus? Sekali2 sampean ini serius kenapa to." Ucap Amien gusar. Gus Dur tertawa. "Kalau gak ada anggaran ya kawin. Inventor kawin dengan investor dan pengusaha. Beres." Amien baru paham. "Lihat itu Jobs, dulu montang-manting meyakinkan investor untuk membawa kreasinya ke masyarakat. Mac, Apple, Ipad, Ipod. Lihat Alexander Graham Bell, pakai perusahaan AT&T. Lihat Thomas Alva Edison pakai perusahaan GE. Lihat gojek kawin dengan investor terus jadi bermanfaat. Inventor kok menyerah pada keterbatasan anggaran. Inventor model apa itu?" Ucap Gus Dur ketus. "Oiya ya," gumam Amien. "Sebenarnya pengusaha macam Dahlan itu bisa juga ya, ikut membawa hasil inovasi ke masyarakat. " "Heleh. Dahlan kok dibahas. Dahlan itu bisanya nulis tok. Keminter. Pratiknya mana? Mobil listrik juga ngarep BUMN. Contoh tuh Elon, gak ngarep ke negara. Kerja keras. Mandiri. Cari investor. Kalau penemuannya hebat ya pasti jadi. Itu baru mental inventor." "Betul juga. Sialan Dahlan, bisanya provokasi tok!"
Sumber: