H-1 Otopsi Yosua, Proses Kerusakan Jasad

H-1 Otopsi Yosua, Proses Kerusakan Jasad

Otopsi, umumnya kurang disukai orang.Terdengar jijik. Mengerikan. Tabu. Baik orang di negara-negara Barat. Apalagi di Indonesia. Tapi, inilah terpaksa.

Artikel The Guardian memaparkan 'dekomposisi'. Atau penguraian. Atau proses perubahan energi dari suatu bentuk yang kompleks ke bentuk lain yang lebih sederhana. Intinya, proses perubahan jasad manusia menjadi tanah. Tujuan akhir kita semua.

Disebutkan, Agustus 2014, pakar forensik Prof Gulnaz Javan dari Alabama State University, Montgomery, Amerika Serikat, menerbitkan studi pertama tentang apa yang mereka sebut thanatomicrobiome. Kata 'thanatos' dari Bahasa Yunani berarti kematian. Prof Javan memimpin tim riset.

Prof Javan: “Semua sampel kami berasal dari kasus kriminal, atau yang diusut polisi. Ada bunuh diri, pembunuhan, overdosis obat, kecelakaan lalu lintas."

"Ini sulit. Sebab, harus seizin keluarga jenazah," ujarnya. Itu sebab, cuma dapat 11 mayat.

Diuji dalam dua cara. 1) Di tempat terbuka. 2) Dikubur. Pasti, di kedua tempat itu mayat sama-sama terurai.

Di tempat terbuka, mayat lebih cepat terurai. Karena faktor lalat. Bertelur. Telurnya jadi belatung. Dalam jumlah sangat banyak. Yang sangat rakus makan daging busuk.

Di dalam kubur, bakteri (mikroba) bersumber dari usus. Bakteri ini sudah ada (hidup) sejak manusia masih hidup. Aneka jenis bakteri. Belum pernah diteliti, berapa jenis bakteri di situ.

Diperkirakan ada puluhan jenis bakteri. Masing-masing jenis berjumlah miliaran. Total 10 triliun mikroba. Yang ketika manusia masih hidup, bakteri ini tidak menggangu kesehatan. Sama-sama hidup dengan manusianya. Makan dari makanan yang sama dengan manusianya.

Tapi, sejak empat menit dari saat manusia dinyatakan mati, bakteri mulai memakan jasad manusianya. Tentu, berawal memakan usus.

Tim peneliti menggambarkan, jutaan mikroba itu bekerja secara konsisten dan terukur. Memakan jasad. Mikroba bergerak serempak, harmonis dan ritmik. Tim peneliti menyebutnya: "Jam mikroba".

Dari situlah (juga) pakar forensik bisa memperkirakan waktu kematian jasad tersebut.

Tim peneliti menganalisis sampel organ dalam mayat, pada rentang waktu antara 20 sampai 240 jam (10 hari) sejak dari saat kematian. Bandingkan dengan kondisi jenazah Yosua, besok, sekitar 456 jam pasca kematian.

Ternyata, gerakan mikroba sudah keluar dari usus, kemudian memakan liver pada 20 jam pasca kematian manusianya. Liver, organ pertama di luar usus yang disasar mikroba.

Javan: “Tingkat penguraian (disebut juga pembusukan) tidak hanya bervariasi dari individu ke individu lain, melainkan juga berbeda pada organ tubuh yang satu dengan lainnya.”

Sumber: