Ijazah Palsu Jokowi dalam Teori Pental Equilibrium

Ijazah Palsu Jokowi dalam Teori Pental Equilibrium

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

"Hasilnya, seseorang (bersama geng-nya) dapat memanipulasi orang lain sepenuhnya berdasarkan pengaruh kepribadian publik. Perspektif kultus individu, fokus pada citra eksternal seseorang (pemimpin) yang seringkali dangkal. Itu hasil rekayasa tokoh publik untuk menciptakan citra ideal dan heroik."

Contoh di abad ke-19, banyak. Lenin, dilanjut Joseph Stalin, Benito Mussolini, Adolf Hitler, Mao Zedong, Ferdinand Marcos, Kim Yong Un. Kultus individu.

Lawan kata kultus individu: Pembusukan individu (pemimpin).

Indonesia dari negara otoriter di Orde Baru, mantul ke reformasi. Bandul berayun ke arah sebaliknya. Mantul. Rakyat, dari sangat takut jadi sangat berani. Maka, Presiden RI (kecuali BJ Habibie, bagian Orde Baru) mulai KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, SBY, Jokowi. Pembusukan individu.

Kalau kultus individu hasil rekayasa geng pemimpin, pembusukan individu juga rekayasa, oleh geng lawannya pemimpin.

Dalam film serial semi-dokumenter "Pulling the Thread" (tayang di World Channel, sejak 1 April 2020 sampai sekarang), pembusukan individu pemimpin disebut "Teori Konspirasi". Istilah yang paling disuka warganet kita.

Pemegang gelar Master Jurnalistik dari Harvard Extension School, Amerika, Meghan Smith, mengurai "Pulling the Thread" pembusukan individu pemimpin dalam Teori Konspirasi, ada lima:

1) Kalah dalam pemilihan (Pemilu, Pilpres, Pilkada) adalah fondasi terbaik bagi munculnya teori konspirasi liar.

Film Pulling The Thread menampilkan studi yang membuka mata penonton, menggambarkan bahwa: Partai politik pemenang pemilihan, menyimpan banyak teori konspirasi. Tapi partai yang kalah, punya teori konspirasi yang lebih banyak lagi.

2) Teori konspirasi berkembang dalam ketidakstabilan politik. Atau ketika bangsa menghadapi tragedi kolektif.

"Ketika rakyat kelas bawah merasa dikhianati oleh kelas atas dan proses politik, maka masyarakat bawah menganggap, ada teori konspirasi yang diciptakan kalangan atas," kata Prudy Gourguechon, mantan presiden American Psychoanalytic Association, yang tampil di film tersebut.

3) Otak kita suka mencari pola, untuk memproses trauma historis, bahkan untuk sesuatu yang tidak ada.

Manusia purba adalah pemburu dan pengumpul, mengandalkan otak untuk membantu bertahan hidup. Maka, manusia terbiasa menggunakan patternicity, atau kemampuan menemukan makna dalam informasi yang bermakna, atau tidak berarti, untuk mencari makanan. Di manusia modern: Mencari uang.

4) Ketika pemerintah menyimpan rahasia dan menyembunyikan, konspirasi berkembang. Tentu, pemerintah menyimpan semua jenis rahasia, untuk melindungi keamanan nasional.

Tetapi ketika rahasia terungkap, orang-orang yang percaya konspirasi menggunakan pengungkapan itu untuk mendukung teori mereka sendiri. "Nah… bener kan, ada konspirasi."

Sumber: