Serial Killer Itu Dilakukan Dukun

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil kepada pers mengatakan: "Ini hasil investigation crime yang sangat teliti. Tapi, merupakan hasil sementara. Tidak tertutup kemungkinan ada korban lain, karena penyidikan masih berlangsung."
Fadil: "Para tersangka melakukan serangkaian pembunuhan, atau yang biasa disebut serial killer dengan motif, maaf, janji-janji yang dikemas dengan kemampuan supranatural, untuk membuat orang menjadi sukses atau kaya."
Lantas, para tersangka menganggap keluarga sendiri sebagai 'penyakit', sebab mengetahui perbuatan penipuan para pelaku, termasuk rangkaian pembunuhan terhadap klien.
Dilanjut: "Jadi, keluarga dekatnya dianggap berbahaya. Karena mengetahui bahwa tersangka melakukan tindak pidana lain dalam bentuk penipuan dan pembunuhan terhadap korban-korban lainnya."
Lantas, mengapa Dede Solehudin ikut diracun, atau percobaan pembunuhan, padahal Dede adalah anggota dari komplotan tiga serangkai paranormal itu?
Jawabnya, polisi menyimpulkan bahwa itulah taktik komplotan ini. Strategi para tersangka penjahat itu mengelabui polisi, dengan cara Dede jadi korban.
Diketahui kemudian, Dede memang keracunan, menelan racun pestisida yang sama dengan para korban lainnya. Tapi, dosis racun yang ditelan Dede tidak signifikan untuk membuatnya mati.
Tak dinyana, warga Kampung Babakan Mande, yang terselip di Desa Gunungsari, Cianjur, itu punya trik kejahatan berliku. Mereka, disebut Irjen Fadil sebagai pelaku serial killer. Yang selama ini hanya ada di film-film Barat.
Istilah 'serial killer', dicetuskan pertama kali oleh Agen Khusus (Special Agent) Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat, Robert K. Ressler pada 1974 di sana.
Robert K. Ressler dan Thomas Schachtman dalam buku mereka, bertajuk: "Whoever Fights Monsters: My Twenty Years Tracking Serial Killers for the FBI" (New York, 1993) menyatakan:
Istilah 'serial killer' pertama kali diajarkan dalam kuliah di Akademi Kepolisian di Bramshill, Hampshire, Inggris, Januari 1974.
Di situlah dipelajari berbagai teori dan penelitian tentang aneka pembunuhan berantai di Inggris, bahkan negara-negara Eropa. Walaupun, pembunuhan berantai sejatinya sudah ada sejak ratusan tahun sebelumnya.
Beda antara pembunuhan berantai zaman sebelum Perang Dunia ke-2 dengan di era sesudahnya, adalah teori yang digunakan penyidik kriminal. Jika sebelum PD II, pembunuh berantai dianggap orang gila.
Orang gila, tepatnya pengidap psikopat. Sehingga, sebagian besar pembunuh berantai di masa itu dirawat di RS jiwa, bukan penjara.
Ciri utama seorang psikopat adalah kurang empati. Ciri lainnya, adalah kecenderungan untuk berbohong, dan berbohong jadi kebiasaan, kebutuhan akan sensasi. Seorang psikopat cepat bosan, juga cenderung narsisme. Tetapi kurangnya empati adalah hal utama.
Sumber: